Communication Satellite Orbiting Earth. Realistic 3D Scene.

Terdapat hampir 4900 satelit yang mengorbit bumi dengan 1900 diantaranya adalah satelit aktif. Dimana satelit hanya memiliki umur sekitar 15 hingga 20 tahun, setelah itu sebuah satelit tidak akan aktif. Satelit mengorbit planet bumi dengan cara mengelilingi bumi dalam orbit geostasioner di atas garis khatulistiwa (garis lintang 0°) yang berbeda tergantung pada jenis aplikasi atau instrumen yang digunakan dan tetap pada orbitnya dikarenakan adanya keseimbangan antara gaya gravitasi dan gaya sentrifugal.

 

Awal dari cara kerja satelit dimulai sejak peluncurannya dari stasiun di bumi ke ruang angkasa yang dibawa oleh carrier vehicle dan diluncurkan oleh roket. Carrier vehicle dan roket nantinya akan kembali jatuh ke bumi setelah satelit telah sampai dan diletakkan di orbit temporary. Roket hanya bisa mengantar satelit sampai orbit temporary, untuk sampai di orbit permanen satelit menggunakan motor yang diletakkan didalamnya. Setelah satelit sampai di orbit geosynchronous, satelit kemudian diambil alih untuk dikendalikan melalui sistem yang ada di stasiun bumi. Sistem pengendalian ini terbagi dalam dua metode. Yang pertama adalah metode Spin Stabilized Satellite yang bekerja dengan menggerakkan bagian tubuh satelit agar berputar menuju ke arah yang diinginkan. Metode kedua disebut dengan Three Axis Body Stabilized yang mengendalikan satelit berdasarkan sumbu koordinat X, Y dan Z. Dalam metode ini akan terjadi transmisi data dari bumi ke satelit yang dinamakan Uplink kemudian akan dikirim kembali ke stasiun di bumi, proses tersebut dinamakan dengan Downlink.

Satelit terbagi menjadi 2 yaitu satelit alami dan satelit buatan. Satelit alami adalah satelit yang berasal dari alam seperti bulan yang menjadi satelit alami untuk bumi. Sedangkan, satelit buatan adalah satelit yang dibuat manusia untuk fungsi tertentu.

 

Various satellites and space telescopes (Source : Wikipedia Commons/NASA)

Macam-Macam Satelit Buatan

1.Satelit Cuaca (Weather Satellite)

Satelit cuaca bertugas melakukan perekaman data pola cuaca yang menyelimuti bumi. Banyak institusi yang memanfaatkan data cuaca dari satelit ini untuk melakukan peramalan cuaca, peramalan badai dan lainnya. Contohnya Satelit TIROS -1, Vanguard, NOAA- 19, MetOp- A, Elektro- L dan Interbol.

2.Satelit Komunikasi (Communication Satellite)

Satelit Komunikasi bertindak sebagai stasiun relay di angkasa dan digunakan sebagai sistem komunikasi jarak jauh, seperti layanan telepon, internet, dan data. Contohnya Echo 1 & 2, Relay 1 & 2, Ekspress, Chinasat, Palapa A1 dan Telkom -1.

3.Satelit Navigasi (Navigation Satellite)

Satelit Navigasi (Navigation Satellite) merupakan sistem satelit yang menyediakan posisi geospasial secara mandiri dengan jangkauan global biasa. Satelit ini juga disebut sebagai satelit GPS yang digunakan untuk navigasi laut, darat, dan udara. Contohnya IRNSS, GLONASS, Galileo, Michibiki dan Beidou global.

4.Satelit Penginderaan Jauh (Remote Sensing Satellite)

Satelit Penginderaan Jauh (Remote Sensing Satellite) dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit yang ditujukan untuk penggunaan non militer. Seperti untuk meteorologi, peta, pengawasan lingkungan, dan lainnya. Contohnya Satelit Landsat, IKONOS dan GeoEye.

5.Satelit Ilmiah (Scientific Research Satellite)

Satelit ini menyediakan data survei tanah, radio amatir, informasi meteorologi, dan berbagai aplikasi riset ilmiah lainnya.

6.Satelit Militer (Military Satellite)

Satelit yang digunakan untuk kepentingan militer seperti pengamatan intelijen berbasis satelit, navigasi, dan komunikasi militer. Contohnya Canyon, Orion, Magnum dan Sputnik.

Components Satellite Telecommunication (Source : Calesmart.com)

Komponen pada satelit telekomunikasi :

1. Transponder

Transponder berfungsi untuk mengubah frekuensi, menghilangkan kebisingan dan memperkuat sinyal. Pada suatu satelit memiliki 20 transponder atau lebih.

2. Catu Daya

Untuk menjalankan transponder memerlukan daya listrik. Pada satelit terdapat catu daya berupa panel surya dan baterai. Panel surya digunakan untuk memberikan daya ke peralatan elektronik. Tetapi saat terjadinya gerhana matahari yang memberikan daya adalah baterai.

3. Sensor Matahari

Sensor matahari berfungsi untuk mengatur panel surya ke arah matahari, sehingga dapat mengekstraksi daya maksimum.

4. Antena Reflektor

Antena Reflektor digunakan untuk menyalurkan sinyal input menuju transponder.

5. Thruster

Thruster berfungsi untuk menjaga satelit berada pada posisi yang tepat.

6. Tangki Bahan Bakar

Pada satelit terdapat tangki bahan bakar yang berguna untuk menampung bahan bakar berupa Mono Metilhidrazin dan Nitrogen tetraoksida.

Palapa-A1 Satellite (Source : baktikominfo.id)

Saat ini Indonesia telah meluncurkan 25 satelit, diantaranya adalah :

1. Satelit Palapa-A1

Satelit Palapa-A1 adalah satelit pertama milik Indonesia yang diluncurkan pada 8 Juli 1976 dengan kapasitas 12 transponder telepon, 1 transponder televisi dan 5 transponder backup.

2. Satelit Cakrawarta-2 (Indostar-2)

Satelit Cakrawarta-2 (Indostar-2) diluncurkan pada 16 Mei 2009 dengan kapasitas 22 transponder Ku-Band dan 10 transponder S-Band.

3. Satelit Nusantara-1

Satelit Nusantara-1 diluncurkan pada 7 Agustus 2018 dengan kapasitas 22 transponder C-Band, 12 transponder extended C-Band, 8 transponder Ku-Band dan dilengkapi dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS).

Saat ini Indonesia juga sedang dalam pembuatan Satelit Satria-1 (Satelit Indonesia Raya-1). Proyek ini dirancang sejak tahun 2016 dan dimulai dengan penandatanganan Preparatory Work Agreement di tanggal 3 September 2020 lalu.

Satelit yang direncanakan akan beroperasi pada 2023 ini dibuat untuk mendukung kebutuhan layanan pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan serta pemerintahan terkhusus untuk daerah tertinggal. Sama seperti Satelit Nusantara-1 yang dilengkapi dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS), Satelit Satria-1 inipun dilengkapi dengan teknologi yang sama dan dengan frekuensi Ka-Band serta kapasitas 150 gigabyte per second yang dapat menjangkau 150.000 titik layanan publik di daerah terpencil yang tidak terjangkau jaringan serat optik.

Pada dasarnya, satellite communications use the very high-frequency range of 1–50 gigahertz (GHz; 1 gigahertz = 1,000,000,000 hertz) to transmit and receive signals. The frequency ranges or bands are identified by letters: (in order from low to high frequency) L-, S-, C-, X-, Ku-, Ka-, and V-bands. Signals in the lower range (L-, S-, and C-bands) of the satellite frequency spectrum are transmitted with low power, and thus larger antennas are needed to receive these signals. Signals in the higher end (X-, Ku-, Ka-, and V-bands) of this spectrum have more power; therefore, dishes as small as 45 cm (18 inches) in diameter can receive them. This makes the Ku-band and Ka-band spectrum ideal for direct-to-home (DTH) broadcasting, broadband data communications, and mobile telephony and data applications.

Selain itu, teknologi HTS yang digunakan oleh satelit Nusantara-1 dan Satria-1 adalah teknologi yang berfungsi untuk meningkatkan kapasitas bandwidth melalui penggunaan kembali frekuensi. Hal ini berarti bahwa setiap satelit meningkatkan bandwidth secara drastis, dan secara efektif untuk memberikan kemampuan kinerja yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah karena biaya per bit turun karena lebih banyak bit informasi dapat dikirimkan secara bersamaan.